Namanya juga anak rantau. Pasti adalah yang namanya rasa
KANGEN walau pun cuma sedikit. Sering baper? Jelaas. Hmm.. anak rantau
Beberapa waktu lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 2
MAN di MAN Insan Cendekia Serpong, ada satu pengalaman yang tidak akan pernah
aku lupakan sampai sekarang dan mungkin akan aku terus sesali sampai sekarang. Hmm
jadi ceritanya waktu itu aku aku sedang libur kenaikan kelas dan pulang ke
rumah. Setelah beberapa minggu di rumah, aku pun kembali pulang ke MAN yang
notabene berada di Tangerang Selatan (sedang rumahku di suatu kota kecil di
Jawa Tengah, Salatiga). Saat itu aku pergi ke MAN IC dengan menaiki pesawat
sendirian. Biasanya, papa aku selalu minta aku pulang ke MAN IC lewat bandara
Adi Soemarmo yang berada di Solo walau pun jarak Salatiga-Semarang lebih dekat
dan biasanya harga tiket di bandara Ahmad Yani Semarang pun lebih murah
ketimbang jika menaiki pesawat leawat Solo karena rumah nenek aku berada di
Solo (jadi, maksudnya agar aku bisa silaturahim dan minta doa dulu ke nenek
sebelum berangkat kembali ke MAN IC).
Tapi, sayangnya hari itu saat papa sudah berjanji jauh-jauh
hari janji mau mengantarkan aku ke bandara Solo malah ada meeting mendadak dengan para calon pembelinya. Jadilah aku diantar
sopir kantor papa ke bandara. Nah, karena sopir papalah yang mengantar aku ke
Solo, maka kami pun tidak mampir ke rumah nenek dulu. Di situ saku sebenarnya
masih rada mengganjal karena seperti kehilangan ritual yang biasa dilakukan.
Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan sempurna. Aku pun
kemudian naik taxi menuju MAN IC yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan. Setelah
sekitar dua minggu aku mengikuti KBM di MAN IC seperti biasa, tiba-tiba ada
kabar yang mengejutkan datang dari saudara kembarku. NENEK AKU MENINGGAL!
Menangislah aku sejadi-jadinya. Semuanya berasa campur aduk. Antara
menyesal, sedih, kecewa... walau pun sebenarnya aku tidak terlalu dekat dengan
nenek aku tersebut. Aku benar-benar sedih ketika memikirkan bahwa kesempatan
terkhir aku untuk bertemu beliau malah aku sia-sia kan. Kesempatanaku untuk
meminta doa restu dari beliau malah aku sia-siakan.
Setelah beberapa hari berlalu, aku pun mulai mengikhlaskan
apa yang telah terjadi. Yaaa karena aku tahu bahwa semua itu adalah kehendak
Allah. Kita tiada hak untuk mengomentari kehendak-Nya. Karena Dia-lah Yang Maha
Mengetahui.
Beberapa hari berlanjut, berganti menjadi minggu, kemudian tahun.
Saat aku duduk di kelas 3, saat itu aku sedang sendirian berjalan menuju gedung
pendidikan. Tapi, setibaku di suatu pertigaan tiba-tiba ada seeko burung hijau
yang sangat indah tanpa ada teman lain yang semacamnya hinggap di trotoar di
depan aku dan hanya berdiri menatapku. Aku pun hanya berhenti terdiam sambil
memandanginya. Kemudian setelah beberapa saat, burung itu pun pergi. Disitulah aku
yakin bahwa burung itu adalah nenek aku. Kenapa? Karena setahu aku orang yang
meninggal dalam keadaan syahid arwahnya akan (entah berubah atau apa aku
lupa._.v) menjadi seekor burung hijau yang sangat indah.
Nenek aku, beliau adalah seorang yang sangat taat agama. Umurnya
sudah mencapai 100an lebih, tapi beliau masih saja kuat untuk selalu puasa
senin-kamis. Aku bangga sekali padanya :’)
Ya Allah, pertemukan aku dengan seluruh keluargaku esok di
surga-Mu, surrga Firdaus-Mu. Aamiin.
MasyaAllah ukhty 😍
ReplyDelete